Musibah Datang Bisa Jadi Karena Dosa/Kezhaliman, Hendaknya Muhasabah/Instrospeksi Diri





Musibah Datang Bisa Jadi Karena Dosa/Kezhaliman,

Hendaknya Muhasabah/Instrospeksi Diri


     Ketika musibah dan bencana datang menghampiri kita, kadang yang dijadikan kambing hitam adalah alam "alam murka..wis alame". Ketika sakit datang yang disalahkan konsumsi makanan, kurang olaharga dan seterusnya..tanpa merenungkan bisa jadi itu semua karena dosa syirik, bid'ah ataupun maksiat. Walau memang sebab-sebab tadi juga bisa sebagai penyebab..karena kosumsi makanan juga termasuk perbuatan tangan mereka sendiri.

     Allah Ta’ala berfirman :

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدا. (النساء:79)

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An Nisa' : 79)


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).

قال عليُّ بنُ أبي طالب رضي الله عنه: "مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ." (الجواب الكافي (ص:85).)

     Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan :
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (lihat Al Jawabul Kaafi, hal. 85)

     Ibnu Katsir menjelaskan firman Allah :{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ} "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri." (Asy-Syura: 30). Yakni betapapun kamu, hai manusia, tertimpa musibah, sesungguhnya itu hanyalah karena ulah keburukan kalian sendiri yang terdahulu. {وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} "Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syura: 30). Maksudnya, keburukan-keburukanmu. Maka Dia tidak membalaskannya terhadap kalian, bahkan Dia memaafkannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: {وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ} "Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun." (QS. Fathir : 45)

     Bisa jadi pula musibah itu datang menghampiri kita karena dosa orang tua.

عن أبي العلا قال: قلت للعلاء بن بدر -رحمه الله- : { وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ } ، وقد ذهب بصري وأنا غلام؟ قال: فبذنوب والديك.
تفسير ابن كثير (7/209)

     Abi Al-Ala berkata : Saya berkata kepada Al-'Ala bin Badr mengenai ayat, {وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ} “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”, dan sejak kecil aku sudah buta, bagaimana pendapatmu? ‘Ala berkata, فبذنوب والديك “Itu boleh jadi karena sebab dosa orang tuamu”.

      Marilah kita melakukan muhasabah atau mengintrospeksi diri. Boleh jadi musibah itu  datang karena dosa syirik, tidak ikhlash dalam amalan, amalan bid’ah, dosa besar, meremehkan maksiat yang kita perbuat hari demi hari ataupun berlaku zhalim kepada orang lain. Sehinga menjadi sebab Allah mencabut nikmat mata (menjadi rabun dan perlu kacamata), pendengaran menjadi tuli, kaki sakit untuk berjalan, tidak mampu melakukan gerakan shalat dengan sempurna, lumpuh dll. Wa na'udzubillah..



Siapa Yang Berharap Allah Menjaga Pendengaran, Penglihatan, Kekuatan Serta Kecerdasan Akal Sampai Usia Tua (Lebih Dari 70 Tahun)..Maka Jauhilah Maksiat ...احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ...


     Salah satu upaya menjaga tubuh agar tetap normal (tidak tuli, tidak rabun (tidak berkaca mata), tidak lumpuh, tidak pikun dan semisal) adalah dengan menjauhi berbagai maksiat. Dengan menjaga diri dari berbagai maksiat, Allah akan menjaga hamba-Nya. Termasuk dalam penjagaan Allah adalah penjagaan terhadap tubuhnya. Ini salah satu maksud hadits :

...احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ...

“...Jagalah Allah (dengan menjaga hukum/syari'at Allah), niscaya Allah akan menjagamu...”(HR. At Tirmidzi, shahih)

     Beberapa ulama memiliki tubuh yang kuat dan sehat sampai usia mereka telah tua, ini bentuk penjagaan Allah pada mereka. Ibnu Rajab Al-Hambali mengisahkan beberapa ulama dahulu yang telah berusia lebih dari 100 tahun tapi masih fit dan sehat. Hal itu mereka dapatkan karena menjaga diri dari maksiat kepada Allah di masa mudanya. Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يوما وثبة شديدة، فعوتب في ذلك، فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر، فحفظها الله علينا في الكبر. وعكس هذا أن بعض السلف رأى شيخا يسأل الناس فقال: إن هذا ضعيف ضيع الله في صغره، فضيعه الله في كبره

“Sebagian ulama ada yang sudah berusia di atas 100 tahun, namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Ada seorang ulama yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh, lalu  ia diperingati dengan lembut. Ulama tersebut mengatakan, “Anggota badan ini selalu aku jaga dari berbuat maksiat ketika aku muda, maka Allah menjaga anggota badanku ketika waktu tuaku.”
Namun sebaliknya, diantara salaf ada yang melihat seorang sudah jompo/ dan biasa mengemis pada manusia. Maka ia berkata, “Ini adalah orang lemah yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.” (lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam syarh hadits ke-19)

     Ada dua hal bentuk penjagaan Allah kepada hamba-Nya :
▪ Pertama : Allah menjaga kemashlahatan-kemashlahatan dunianya, misalnya Allah menjaga badan, anak, keluarga dan hartanya. Allah Ta'ala berfirman :

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ

"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah..." (QS. Ar Ra'du : 11)

▪ Kedua : Penjagaan yang lebih baik daripada penjagaan pertama, yaitu Allah menjaga agama dan iman seorang hamba. Allah menjaga kehidupan hamba tersebut dari perkara-perkara syubhat yang menyesatkan dan syahwat-syahwat yang diharamkan. Allah juga yang menjaga agamanya ketia ia meninggal dunia dalam bentuk Allah mewafatkan dalam keadaan beriman. (lihat Jami'ul Ulum wal Hikam syarh hadits ke-19)


Komentar