Bentuk 7 Bumi Seperti Qurshoh Dan 7 Lapis Langit Seperti Dirham




 

Bentuk 7 Bumi Seperti Qurshoh Dan 7 Lapis Langit Seperti Dirham

     Allah ta’ala berfirman:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12).

     Ibnu Jarir berkata: “Yunus meriwayatkan kepadaku dari Ibnu Wahb, dari Ibnu Zaid, dari bapaknya (Zaid bin Aslam), ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ فِيْ الكُرْسِيِّ إِلاَّ كَدَرَاهِمَ سَبْعَةٍ أُلْقِيَتْ فِيْ تِرْسٍ

Ketujuh langit berada di Kursi, tiada lain hanyalah bagaikan tujuh keping Dirham yang diletakkan di atas perisai.” (lihat Fathul Majid)

     Allah Ta'ala berfirman :

يَوْمَ تَكُونُ ٱلسَّمَآءُ كَٱلْمُهْلِ

"Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak." (QS. Al Ma'arij : 8)

     Allah Ta'ala berfirman :

وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran” (Al-Hijr: 19). Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya berkata :

وهو يرد على من زعم أنها كالكرة

“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola.” (Tafsir Al-Qurthubi 10/13)

     Imam al-Qurthubi rahimahullah juga berkata :

والذي عليه المسلمون وأهل الكتاب القول بوقوف الأرض وسكونها ومدها، وأن حركتها إنما تكون في العادة بزلزلة تصيبها.

“Pendapat yang dipegang oleh kaum muslimin dan Ahlul Kitab adalah pendapat yang menyatakan bahwa bumi itu diam dan datar dan bahwa gerakannya itu secara kebiasaan karena gempa yang menimpanya.” (Al-Jami’ li Ahkamil Quran: 9/280).

     Allah Ta'ala berfirman :

وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghaasyiyah : 20). Dalam Tafsir Jalalain ketika menafsirkan ayat dijelaskan :

سطحت ظاهر في أن الأرض سطح وعليه علماء الشرع لا كرة كما قاله أهل الهيئة

“Makna ‘suthihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat sebagaimana dikatakan oleh ahli astronom.” (lihat Tafsir Jalalain 1/805)

      Imam Al-Qahthaniy Al-Andalusy (wafat sekitar th 379 H) dalam kitab Nuniyah-nya berkata :

كذب المهندس والمنجم مثله … فهما لعلم الله مدعيان
الأرض عند كليهما كروية … وهما بهذا القول مقترنان
والأرض عند أولي النهى لسطيحة … بدليل صدق واضح القرآن

“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal … mereka mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi menurut mereka bulat … mereka bergandengan dengan pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar … dengan dalil yang jelas dari Al-Quran” (lihat Nuniyyah Al-Qahthani)
    
     Allah ta’ala berfirman :

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُسَمًّى أَلا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Az-Zumar: 5).

     Kata ‘Yukawwiru-Takwir’ dalam ayat di atas mempunyai arti melilitkan dan melingkarkan, seperti melingkarkan imamah (sorban) atas kepala. Al-Allamah Sirajuddin Abu Hafsh Ibnu Adil al-Hanbali (wafat tahun 775 H) rahimahullah berkata:

والتكوير : اللَّفُ واللَّيُّ يقال : كَارَ العَمَامَةَ على رأسه وكَوَّرهَا ،

“Arti ‘at-Takwir’ adalah melilitkan dan memutarkan. Dikatakan bahwa seseorang men-takwir imamah (sorban) di kepalanya ketika dia melingkarkannya.” (Al-Lubab fi Ulumil Kitab: 13/401). Allah menutupkan malam atas siang karena matahari berputar secara harizontal (bukan vertikal) sebagaimana seseorang melingkarkan sorban.

     Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ لِأَحَدٍ

“Pada hari kiamat kelak, manusia akan dikumpulkan di bumi yang tanahnya sangat putih seperti qurshoh (berbentuk bulat pipih, seperti roti biskuit/apem) dan datar tidak ada tanda (bangunan) milik siapapun di atasnya.” (HR. Bukhâri, no. 6521 dan Muslim, no. 2790)

     Dari ayat dan hadits serta penjelasan para ulama tersebut insya Allah bisa dipahami :
☆ Bumi tidak 1 dan bulat seperti bola sebagaimana yang dipahami orang-orang berpaham Ateisme.
☆ Bumi ada 7 lapis sebagaimana 7 lapis langit.
☆ Langit bisa dihuni (malaikat, ruh para nabi dst) sebagaimana Bumi bisa dihuni.
☆ Hukum asal langit bentuknya seperti kepingan dirham dengan warna keperakan.
☆ Hukum asal Bumi seperti qurshoh dan mayoritas berwarna putih seperti salju.
☆ Allah ciptakan manusia, jin, malaikat, hewan, buah-buah secara umum bentuknya tidak berubah. Jika di dunia anggur bentuknya bulat bola maka pada hari Qiyamat bentuknya tetap bulat bola dan bukan bulat pipih..walau ukuran, sifat dan kualitasnya beda. Sebagaimana Bumi insya Allah bentuknya tetap seperti Qurshoh dan Langit seperti Dirham. Tidak berbentuk persegi panjang, kerucut, tabung, kendang, donat ataupun seperti bola.
☆ Teori Bumi seperti bola itu bukan realita tapi baru klaim orang-orang berpaham Ateisme. Sebagaimana mereka mengklaim Bumi hanya 1, bumi berotasi dan mengelilingi matahari, matahari lebih besar dari bumi, jarak antar galaksi jutaan tahun cahaya dll. Yang mana itu bertentangan dengan Al Qur'an dan As Sunnah.
     Insya Allah ini hukum asal kecuali datang dalil yang memalingkan. Wa Allahu a'lam.

Komentar