Beriman Kepada Taqdir Allah
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
Dalam ayat lain disebutkan :
فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
“Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 23)
Demikian juga dalam hadits Jibril, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ؟ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ, قَالَ: صَدَقْتَ
“Kabarkanlah kepadaku tentang iman, Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruknya.’ Ia mengatakan, ‘Engkau Benar.’” (HR. Muslim)
Ahlus Sunnah sepakat beriman kepada takdir itu wajib karena bagian dari rukun iman yang enam sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril di atas.
Beriman Kepada Taqdir Mencakup Beberapa Perkara
1. Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada.
Mengimani bahwa Allah dengan ilmu-Nya, yang merupakan Sifat-Nya yang azali dan abadi, Allah Maha Mengetahui semua yang ada di langit dengan seluruh isinya, juga semua yang ada di bumi dengan seluruh isinya, serta apa yang ada di antara keduanya, baik secara global maupun secara rinci, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Allah Mahamengetahui tentang daun yang kering ataupun basah, biji-bijian yang tumbuh dan lainnya. Allah Maha Mengetahui semua yang ghaib dan Dia Maha Mengetahui segala amal perbuatan makhluk-Nya, serta mengetahui segala ihwal mereka, seperti taat, maksiat, rizki, ajal, bahagia dan celaka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Mahamengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’aam/6: 59)
2. Mengimani Kitabah bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (al-Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj/22: 70)
3. Mengimani masyi’ah (kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.
Mengimani bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Semua gerak-gerik yang terjadi di langit dan di bumi hanyalah dengan kehendak Allah Subhanahu wa Taala, tidak ada sesuatu yang terjadi dalam kerajaan-Nya apa yang tidak diinginkan-Nya. Mengimani masyiiah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pasti terlaksana dan qudrah (kekuasaan) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang meliputi segala sesuatu. Allah Ta'ala berfirman :
وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb seluruh alam." (QS. Al Takwir : 29)
Tentang hal ini terdapat untaian sya’ir Imam asy-Syafi’i rahimahullah :
مَا شِئْتَ كَانَ وَإِنْ لَمْ أَشَأْ وَمَا شِئْتُ إِنْ لَمْ تَشَأْ لَمْ يَكُنْ.
خَلَقْتَ الْعِبَادَ عَلَى مَا عَلِمْتَ فَفِي الْعِلْمِ يَجْرِي الْفَتَى وَالْمُسِنْ.
عَلَى ذَا مَنَنْتَ وَهَذَا خَذَلْتَ وَهَذاَ أَعَنْتَ وَذَا لَمْ تُعِنْ.
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَمِنْهُمْ سَعِيْدٌ وَمِنْهُمْ قَبِيْحٌ وَمِنْهُمْ حَسَنٌ.
"Apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi,
kendati aku tidak menghendakinya. Sedang apa yang aku kehendaki, jika tidak Engkau kehendaki pastilah tidak terjadi.
Telah Engkau ciptakan hamba-hamba, sesuai dengan apa yang Engkau ketahui. Di dalam ilmu berlangsung kehidupan,
orang muda dan orang tua.
Kepada ini, Engkau anugerahkan, dan ini, Engkau terlantarkan. Ini, Engkau tolong, dan ini, tidak Engkau tolong.
Di antara mereka ada celaka, dan di antara mereka ada bahagia. Di antara mereka ada yang buruk,
dan di antara mereka ada pula yang baik." (Lihat Manhajul Imaam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah (II/434) oleh Dr. Muham-mad bin ‘Abdil Wahhab al-‘Aqiil. Diiwan Imaam asy-Syafi’i (no. 215, hal. 397) syarah Muhammad ‘Abdurrahim)
4. Mengimani bahwa Allah Maha Pencipta atas segala sesuatu, baik yang ada maupun yang belum ada.
Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk juga amalan manusia. Allah Ta'ala berfirman :
وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash Shaffat : 96)
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
Dalam ayat lain disebutkan :
فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
“Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 23)
Demikian juga dalam hadits Jibril, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ؟ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ, قَالَ: صَدَقْتَ
“Kabarkanlah kepadaku tentang iman, Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruknya.’ Ia mengatakan, ‘Engkau Benar.’” (HR. Muslim)
Ahlus Sunnah sepakat beriman kepada takdir itu wajib karena bagian dari rukun iman yang enam sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril di atas.
Beriman Kepada Taqdir Mencakup Beberapa Perkara
1. Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada.
Mengimani bahwa Allah dengan ilmu-Nya, yang merupakan Sifat-Nya yang azali dan abadi, Allah Maha Mengetahui semua yang ada di langit dengan seluruh isinya, juga semua yang ada di bumi dengan seluruh isinya, serta apa yang ada di antara keduanya, baik secara global maupun secara rinci, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Allah Mahamengetahui tentang daun yang kering ataupun basah, biji-bijian yang tumbuh dan lainnya. Allah Maha Mengetahui semua yang ghaib dan Dia Maha Mengetahui segala amal perbuatan makhluk-Nya, serta mengetahui segala ihwal mereka, seperti taat, maksiat, rizki, ajal, bahagia dan celaka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Mahamengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’aam/6: 59)
2. Mengimani Kitabah bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (al-Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj/22: 70)
3. Mengimani masyi’ah (kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.
Mengimani bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Semua gerak-gerik yang terjadi di langit dan di bumi hanyalah dengan kehendak Allah Subhanahu wa Taala, tidak ada sesuatu yang terjadi dalam kerajaan-Nya apa yang tidak diinginkan-Nya. Mengimani masyiiah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pasti terlaksana dan qudrah (kekuasaan) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang meliputi segala sesuatu. Allah Ta'ala berfirman :
وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb seluruh alam." (QS. Al Takwir : 29)
Tentang hal ini terdapat untaian sya’ir Imam asy-Syafi’i rahimahullah :
مَا شِئْتَ كَانَ وَإِنْ لَمْ أَشَأْ وَمَا شِئْتُ إِنْ لَمْ تَشَأْ لَمْ يَكُنْ.
خَلَقْتَ الْعِبَادَ عَلَى مَا عَلِمْتَ فَفِي الْعِلْمِ يَجْرِي الْفَتَى وَالْمُسِنْ.
عَلَى ذَا مَنَنْتَ وَهَذَا خَذَلْتَ وَهَذاَ أَعَنْتَ وَذَا لَمْ تُعِنْ.
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَمِنْهُمْ سَعِيْدٌ وَمِنْهُمْ قَبِيْحٌ وَمِنْهُمْ حَسَنٌ.
"Apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi,
kendati aku tidak menghendakinya. Sedang apa yang aku kehendaki, jika tidak Engkau kehendaki pastilah tidak terjadi.
Telah Engkau ciptakan hamba-hamba, sesuai dengan apa yang Engkau ketahui. Di dalam ilmu berlangsung kehidupan,
orang muda dan orang tua.
Kepada ini, Engkau anugerahkan, dan ini, Engkau terlantarkan. Ini, Engkau tolong, dan ini, tidak Engkau tolong.
Di antara mereka ada celaka, dan di antara mereka ada bahagia. Di antara mereka ada yang buruk,
dan di antara mereka ada pula yang baik." (Lihat Manhajul Imaam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah (II/434) oleh Dr. Muham-mad bin ‘Abdil Wahhab al-‘Aqiil. Diiwan Imaam asy-Syafi’i (no. 215, hal. 397) syarah Muhammad ‘Abdurrahim)
4. Mengimani bahwa Allah Maha Pencipta atas segala sesuatu, baik yang ada maupun yang belum ada.
Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk juga amalan manusia. Allah Ta'ala berfirman :
وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash Shaffat : 96)
Komentar
Posting Komentar