Apa Itu Taqwa?


 


Apa Itu Taqwa?


     Allah Ta'ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (QS. Ali Imran : 102)

فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. At Taghabun : 16)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar." (QS. Al Anfal : 29)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al Ahzab : 70)

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar (perintah dan larangan) Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan (dalam) hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

     Ali bin abi Thalib Radiallahuanhu memberikan definisi taqwa. Beliau berkata :

التقوى هي الخوف من الجليل و العمل بالتنزيل والرضا بالقليل و الإستعداد ليوم الرحيل

"Taqwa adalah takut kepada Allah, beramal sesuai yang diturunkan (Al-Qur’an dan As-Sunnah), menerima dengan yang sedikit dan selalu senantiasa bersiap-siap menempuh untuk  hari perjalanan menghadap Allah."

     Seorang Tabi’in, Umar bin abdul Aziz  Rahimahullah memberikan makna taqwa

ليس تقوى الله  بصيام النهار ولا بقيام الليل و التخليط فيما بين ذلك و لكن تقوى الله ترك ما حرم الله و أداء ما افترض الله فمن رزق بعد ذلك خيرا فهو من خير إلى خير

“Ketaqwaan kepada Allah bukanlah terletak pada puasanya seseorang di siang hari dan shalatnya ditengah malam maupun hal –hal yang dia kerjakan di waktu – waktu itu, akan tetapi ketaqwaan kepada Allah terletak pada meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan mengerjakan semua kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan dan barang siapa yang telah diberi rezeqi sesudah itu maka itu merupakan kebaikan menuju kebaikan.”

    

     Abu Ja’far  Ath-Thabari dalam kitab tafsirnya menjelaskan QS. Ali Imron 102. Beliau rahimahullah berkata :

يعني بذلك جل ثناؤه: يا معشر من صدّق الله ورسوله =”اتقوا الله”، خافوا الله ورَاقبوه بطاعته واجتناب معاصيه “حقّ تُقاته”، حقّ خوفه، وهو أن يُطاع فلا يُعصى، ويُشكر فلا يكفر، ويُذكر فلا يُنسى”ولا تموتن”، أيها المؤمنون بالله ورسوله =”إلا وأنتم مسلمون” لربكم، مذعنون له بالطاعة. مخلصون له الألوهةَ والعبادة  

“Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, Bertaqwalah kalian kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah dengan selalu merasa diawasi) sehingga kalian menaatinya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan rasa takut yang sebenarnya, Dialah Allah yang ditaati sehingga tidak dimaksiati, Dialah yang disyukuri sehingga tidak dikufuri, Dialah Allah yang selalu di ingat dan tidak dilupakan. Wahai kaum yang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam, yakni tunduk dan patuh dalam ketaatan kepada-Nya, juga dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya."

     Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan hakekat takwa. Beliau rahimahullah berkata :
Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (lihat Al Majmu’ Al Fatawa, 10: 433)

     Tholaq bin Habib rahimahullah mengatakan :

أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ وَ أَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عَذَابَ اللهِ 

"Taqwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) dengan harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah dan engkau menjauhi maksiat atas cahaya dari Allah (yaitu di atas ilmu) karena takut akan ’adzab Allah." (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 211)

Komentar