Auliya' Allah (Para Wali Allah Dan Karomah Wali Allah
قَالَ الله تَعَالَى : { ألا إنَّ أوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ البُشْرَى في الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الفَوْزُ العَظِيمُ }
Allah Ta’ala berfirman,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan, “Allah Ta’ala menginformasikan bahwa para wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/384)
Wali Allah Yang Taqwa Vs Wali Syaithan
Ath Thabari rahimahullah (wafat 310 H) menuturkan:
يعني: الذين يتقون الله بأداء فرائضه, واجتناب معاصيه
“Wali Allah adalah yang bertaqwa kepada Allah, menjalankan semua kewajiban-Nya, dan meninggalkan semua larangan-Nya” (Tafsir Ath Thabari).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Furqon Baina Auliya’ir Rohman wa Auliya’us Syaithon mengatakan, “Bukan termasuk wali Alloh melainkan orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikuti secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau maka tidak termasuk wali Allah bahkan jika dia menyelisihinya maka termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.(QS. Ali Imron : 31)
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan, “Wali Allah ‘azza wa jalla adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla dengan berbagai amalan yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya.” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam, hlm. 262)
Jadi tolok ukur seseorang termasuk wali Allah adalah beriman dan bertakwa. Jika ia malah memiliki ilmu-ilmu aneh (bukan ajaran Islam) dan gemar maksiat (bahkan ada yang tidak pernah mengerjakan shalat), maka bukan wali Allah tetapi wali syaithan..
Karomah Wali Allah
Diantara Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah membenarkan adanya karomah wali Allah. Karomah wali adalah perkara khawariqul ‘adah (yang di luar kebiasaan manusia) yang Allah jadikan pada diri sebagian wali-Nya, sebagai pemuliaan bagi mereka. Ini ditetapkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah Ta’ala mengisahkan karomah Maryam binti ‘Imran dalam Al Qur'an. Allah berfirman :
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Maka Rabb-nya menerima (do’a)nya (sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemelihara baginya. Setiap kali Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: ‘Wahai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab: ‘Makanan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa per-hitungan.” (QS. Ali ‘Imran: 37)
Karomah wali Allah beragam bentuknya dari generasi para Shahabat, Tabi’in dan generasi berikutnya dari ummat Islam. Karamah tersebut insya Allah akan tetap ada pada umat ini sampai datangnya hari Kiamat. Contoh karomah wali Allah :
1. Makanan yang Allah berikan kepada Maryam binti ‘Imran ( Lihat QS. Ali ‘Imran : 37-40)
2. Naungan yang Allah berikan kepada ‘Usaid bin Hudhair ketika membaca Al-Qur-an (HR. Muslim no. 796),
3. Amir bin Fahiroh mati syahid, maka mereka mencari jasadnya namun tidak bisa menemukannya. Ternyata ketika dia terbunuh dia diangkat dan hal ini dilihat oleh Amir bin Thufail. Berkata Urwah:”Mereka melihat malaikat mengangkatnya” (As-Siyar 2/224)
4.Kholid bin Walid ketika mengepung musuh di dalam benteng yang kokoh, maka para musuhpun berkata :”Kami tidak akan menyerah sampai engkau meminum racun”, lalu diapun meminum racun namun tidak mengapa. (Al-Furqon hal 154)
5. Sa’ad bin Abi Waqqos adalah orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan dengan do’anya itulah dia berhasil mengalahkan pasukan Kisro dan menguasai Iroq. (Riwayat At-Tirmidzi no 3751 dan Ibnu Hibban no 2215)
Karomah Yang Paling Luar Biasa "Sakti"
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
والكرامة موجودة من قبل الرسول ومن بعد الرسول إلى يوم القيامة ، تكون على يد ولي صالح ، إذا عرفنا أن هذا الرجل الذي جاءت هذه الكرامة على يده هو رجل مستقيم قائم بحق الله وحق العباد عرفنا أنها كرامة .
وينظر في الرجل فإذا جاءت هذه الكرامة من كاهن – يعني : من رجل غير مستقيم – عرفنا أنها من الشياطين ، والشياطين تعين بني آدم لأغراضها أحياناً
“Karomah sudah ada sebelum diutusnya Rasulullah dan tetap ada sepeninggal beliau hingga hari kiamat. Karomah terjadi pada seorang wali yang shalih. Jika orang yang terjadi karomah pada dirinya kita ketahui ia adalah orang yang lurus agamanya, menjalankan hak-hak Allah, dan menjalankan hak-hak hamba, maka kita ketahui itu adalah karomah.
Dan kita lihat seksama pada orang tersebut, jika karomah tersebut terjadi pada seorang dukun, yaitu orang yang tidak lurus agamanya, maka kita ketahui ia adalah dari setan. Setan terkadang membantu manusia untuk melancarkan tujuan-tujuan setan” (Liqa Baabil Maftuh, 8/8).
Orang sering mengidentikkan karomah wali dengan kesaktian-kesaktian dan berbagai keajaiban. Namun tahukah anda apa karomah wali yang paling “sakti” menurut para ulama?
Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi rahimahullah (wafat 792 H) mengatakan:
في الحقيقة إنما الكرامة لزوم الاستقامة ، وأن الله تعالى لم يكرم عبدا بكرامة أعظم من موافقته فيما يحبه ويرضاه وهو طاعته وطاعة رسوله
“Karomah yang sebenar-benarnya adalah seseorang tetap bisa istiqomah. Allah Ta’ala tidak memuliakan seorang hamba dengan suatu karomah yang paling besar kecuali dengan memberinya taufiq untuk tetap melaksanakan apa-apa yang Allah cintai dan ridhai, yaitu taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya” (Syarah Aqidah Thahawiyah, 2/ 748).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
وانما غاية الكرامة لزوم الاستقامة، فلم يكرم الله عبدا بمثل أن يعينه على ما يحبه ويرضاه، ويزيده مما يقربه اليه ويرفع به درجته
“Sesungguhnya karomah yang paling "sakti" adalah seseorang tetap bisa istiqomah. Allah tidak memuliakan seorang hamba dengan kemuliaan yang lebih besar ketimbang ia diberi pertolongan untuk tetap bisa melakukan apa-apa yang Allah cintai dan ridhai, dan menambah apa-apa yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah dan mengangkat derajatnya di hadapan Allah” (Al Furqan baina Auliya-ir Rahman wa Auliya-isy Syaithan, 1/187).
Jadi karomah yang paling sakti bukanlah hal-hal ajaib seperti bisa terbang, bisa jalan di atas air, bisa mengubah daun jadi uang, dan semisalnya.
Perbedaan Karomah Wali Allah Vs Sihir Wali Syaithon
Diantara perbedaan karomah wali Allah Vs sihir wali syaithan :
1. Karomah itu datangnya dari Allah, sedangkan sihir berasal dari syaithan.
2. Karomah itu hanya dimiliki orang shalih dan taqwa, sedangkan sihir bisa dimiliki orang munafiq, fasiq dan kafir.
Imam Nawawi mendefinisikan orang yang sholih adalah orang yang selalu melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan menunaikan kewajibannya kepada sesama manusia dengan baik. lmam al-Haramain mengutip adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa sihir tidak akan muncul kecuali dari orang yang fasiq sedangkan karomah tidak akan muncul dari orang yang fasiq (pendosa).
3. Karomah tidak dapat dipelajari sedangkan sihir bisa dipelajari.
Dalam lembaran kehidupan Rasulullah, tidak kita jumpai Rasulullah mempelajari karomah atau mengajarkannya kepada shahabatnya, para shahabatpun tidak pernah mengajarkan karomah kepada generasi sesudahnya, yaitu para tabi'in. Karena memang karomah adalah hadiah langsung dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang sholih.
Kalau ada lembaga/instansi yang mengajarkan karomah kepada murid-muridnya itu merupakan kesalahan yang menyimpang dari pengertian karomah itu sendiri. Ada di antara masyarakat yang belajar karomah dengan cara seakan-akan lslami. Seperti puasa dengan jumlah bilangan hari atau dengan wirid dan doa tertentu dalam hitungan ratusan atau ribuan. Bahkan ada yang memburu karomah dengan mediasi dan bertapa di tempat-tempat yang mereka keramatkan atau dianggap angker.
4. Karomah tidak dapat didemonstrasikan, tapi sihir bisa didemonstrasikan.
Kita tidak pernah mendengar riwayat atau membaca kehidupan Rasulullah dan shahabat mempersiapkan diri, latihan atau berkemas-kemas untuk pertunjukan kesaktian atau kehebatan dalam ilmu kedigdayaan. Entah itu untuk penggalangan dana atau hiburan ataupun menjadikannya sebagai sarana dakwah, sebagaimana dalih yang dikemukakan para pendekar “karomah” dan akrobatik-akrobatik sihir.
5. Karomah tidak bisa ditransfer sedangkan sihir bisa ditransfer.
Karomah termasuk sesuatu yang tidak bisa dipindahkan ke orang lain, baik secara kontak langsung atau tidak langsung, jarak dekat atau jarak jauh. Karena karomah itu milik Allah, tetapi sebaliknya ilmu sihir bisa ditransfer ke orang lain, baik dengan jarak dekat (langsung) atau dengan jarak jauh.
6. Karomah tidak bisa diwariskan, berbeda dengan sihir yang bisa diwariskan kepada siapapun yang berkenan.
Karamah itu bukan benda yang bisa dimiliki dan merupakan pemberian Allah. Maka ia tidak dapat diwariskan kepada siapapun. Tidak ada ritual atau cara khusus untuk mendapatkannya karomah. Dan juga tidak bisa dinapaktilasi untuk mewarisinya jika orang yang diberi karamah sudah meninggal. Hal ini berbeda dengan sihir yang hakekatnya merupakan tipu daya syetan. Siapa saja yang mendapatkan ilmu sihir, lalu sebelum meninggal ia ajarkan kepada orang lain metode mempelajarinya, maka orang tersebut bisa mewarisi jin yang telah membantunya dalam keberhasilan penerapan ilmu sihir-menyihir.
7. Karomah tidak bisa diprediksi kedatangannya, sedangkan sihir dapat diprediksi.
Karomah hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa serta tidak bisa diprediksi kedatangannya.
8. Karomah pada umumnya (kebanyakan) terjadi tidak berulang-ulang, sedangkan sihir bisa diulang-ulang.
Kita pernah mendengar karomah yang dimiliki oleh beberapa shahabat. Seperti Salman al-Farisi makan di piring, lalu piring itu bertasbih. Usaid bin Hudhair saat keluar dari majlis Rasulullah ada cahaya yang meneranginya, Amir bin Fuhairah mati syahid jasadnya terangkat ke langit dan masih banyak yang lainnya. Kalau kita perhatikan peristiwa tersebut hanya terjadi sekali dalam kehidupan mereka.
9. Karomah tidak bisa diperjualbelikan sedangkan sihir bisa diperiualbelikan.
Kalau kita memperhatikan media-media cetak, terutama yang berkaitan dengan mistik, maka akan menjumpai beraneka macam iklan yang menawarkan sihir berkedok karomah. Ada yang memakai kata karamah, keramat, benda supranatural atau tenaga dalam serta kedigdayaan atau kesaktian. Ada yang berterus terang mencantumkan label harganya ada yang diperhalus bahasanya dengan kata mahar, infaq, ongkos kirim atau pengganti puasa dan tirakat.
Wa Allahu a'lam.
.
Komentar
Posting Komentar